Pilot Susi Hilang, Kementerian Luar Negeri Koordinasi dengan Selandia Baru

JawaPos.com – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI terus berkoordinasi dengan pemerintah Selandia Baru dalam upaya penyelamatan pilot Susi Air yang hilang pasca insiden pembakaran pesawat oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua pada Selasa (7/2), dikutip dari DI ANTARA.

Namun, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (10/2) mengatakan, pihaknya belum bisa menjelaskan secara detail bagaimana komunikasi tersebut dilakukan.

Dia juga menyatakan bahwa Kementerian Luar Negeri tidak memiliki kewenangan untuk mempublikasikan status pilot yang merupakan warga negara Selandia Baru.

“Terkait status, otoritas Hankam yang bisa menjelaskan termasuk pemerintah daerah. Dalam konteks hubungan bilateral, komunikasi telah dan terus berlangsung antara RI dan Selandia Baru. Kami tidak dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang itu,” kata Faizasyah.

Susi Air Pilatus Porter PC 6/PK-BVY hilang kontak pada Selasa (7/2) pukul 06.35 WIB di Bandara Kabupaten Paro saat mengoperasikan penerbangan rute Timika-Paro-Timika.

Dua jam kemudian, Susi Air menemukan pesawat ELT dalam posisi aktif pada pukul 09:12 WIB yang ditanggapi perusahaan dengan kondisi darurat dengan mengirimkan pesawat lain untuk mengecek posisi pesawat yang ditemukan dalam kondisi terbakar di landasan. Bandara Distrik Paro.

Lima penumpang yakni Demanus Gwijangge, Minda Gwijangge, Pelenus Gwijangge, Meita Gwijangge dan Wetina W dapat dievakuasi dari Paro menuju Timika. Namun ada seorang pilot yaitu Kapten Philips Mark Mehrtens yang sampai saat ini belum ditemukan.

Menurut laporan BBCMehrtens dibawa oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).

TPNPB menyebut Mehrtens dalam kondisi “aman”, katanya, Rabu (8/2).

Sementara itu, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono pada Rabu (8/2) mengatakan, pihaknya kini telah mengetahui keberadaan Mehrtens setelah mendeteksi keberadaan pilot tersebut.

Menurut Yudo, Mehrtens tidak disandera oleh separatis, melainkan masuk ke dalam tubuh setelah diancam saat pesawat yang diterbangkannya dibakar.